Hidup ini hanyalah sebuah pementasan yang menjadi lakonan pada pentas kehidupan. Seringkali ia menjanjikan sebuah panorama yang indah, namun ia tidak ubah seperti debu2 yang berterbangan di udara. Sekadar melintas di angin lalu.
Maaf, post kali ini aku tidak dpt lari dari perasaan seperti ini. Aku biarkan ianya hidup dengan kejiwaan seperti itu. Penat rasanya untuk menongkah arus yang terlalu deras. Sesekali ingin juga aku turuti arus itu walau aku tahu payah yang akan menjelma.
Namun, apalah daya aku yang kerdil ini. Tidak dapat tidak, aku pasti mengharunginya dengan penuh pancaroba. Pemergian aku hanyalah sebuah pentasan yang dicarik luka didalamnya namun dihiasi dengan senyum tawa diluarnya. Apalah daya ini untuk menafikan suatu yang benar. Tapi, kebenaran itu bersembunyi di sebalik hakikat.
Hakikat pula merempuh ketenangan dan kedamaian yang tercipta di sebalik luka lama. Ketenangan dan kedamaian meriuh lalu menjauh. Keriuhan itu gagal menghalang kesantunan akal dan budi untuk berbicara. Akhirnya, naluri bermaharajalela.
Hakikatnya, sejarah itu telah aku tinggalkan. Kini sejarah itu bukan lagi padu tapi sekadar menyelit dicelah rindu. Tapi, apakah rindu itu dinikmati, atau ia sekadar rindu pada yang tak sudi........
Menjauhlah rindu. Kelak kau akan sakit dimamah waktu.
Pergilah rindu. Tempatmu bukan disitu.
Jangan biarkan aku memburu rindu hanya pada debu.....
No comments:
Post a Comment